
Dalam beberapa tahun terakhir, perhatian terhadap Liga 1 Indonesia semakin meningkat. Dengan hadirnya pelatih dan pemain asing berkualitas, pembangunan infrastruktur, serta dukungan publik yang luar biasa, muncul satu pertanyaan penting: mampukah Liga 1 menjadi liga terbaik di Asia Tenggara? Artikel panjang dari SekutuBola ini akan mengulas berbagai aspek yang memengaruhi status Liga 1 – mulai dari kualitas permainan hingga potensi komersial – serta membandingkannya dengan liga-liga tetangga seperti Thai League 1 dan Liga Super Malaysia.
Kualitas Permainan: Masihkah Tertinggal?
Jika menilik kualitas permainan, Liga 1 telah menunjukkan peningkatan signifikan. Tim-tim seperti Persija Jakarta, PSM Makassar, dan Bali United kini memiliki gaya main yang lebih rapi, taktik yang berkembang, dan rotasi pemain yang efektif.
Menurut analisis SekutuBola, beberapa indikator kemajuan dalam kualitas permainan meliputi:
- Rata-rata jumlah umpan per laga meningkat 20% dibandingkan musim 2018.
- Penggunaan formasi modern seperti 4-3-3, 4-2-3-1, hingga 3-4-2-1 makin lazim.
- Klub-klub mulai menggunakan data statistik dan video analisis untuk persiapan pertandingan.
Namun, jika dibandingkan dengan Thai League 1, Liga 1 masih tertinggal dari segi konsistensi dan kontrol permainan. Klub-klub Thailand cenderung lebih sabar dalam membangun serangan, sementara tim Indonesia masih sering bermain dengan tempo cepat dan terburu-buru.
Infrastruktur: Meningkat Tapi Belum Merata
Sejak gelaran Piala Dunia U-20 yang batal digelar di Indonesia, banyak stadion direnovasi besar-besaran. Stadion seperti JIS, Manahan, dan Kapten I Wayan Dipta kini layak disebut stadion kelas Asia.
Namun, menurut catatan SekutuBola, ketimpangan masih besar. Beberapa klub masih bermain di stadion dengan fasilitas minim, pencahayaan kurang, dan kualitas rumput buruk.
Bandingkan dengan Thailand yang telah memiliki 10 stadion bersertifikasi AFC dan Malaysia dengan stadion modern seperti Bukit Jalil. Jika Liga 1 ingin bersaing secara regional, standar stadion harus diperbaiki secara menyeluruh, bukan hanya di klub-klub papan atas.
Profesionalisme Klub: Menuju Arah yang Benar
Dalam aspek manajemen, klub-klub Liga 1 mulai berbenah. Pengelolaan keuangan mulai terbuka, pemasaran digital lebih agresif, dan akademi mulai diperhatikan. Beberapa inisiatif positif yang dicatat SekutuBola:
- Bali United menjadi klub pertama yang IPO di bursa saham.
- Persib Bandung aktif dalam penjualan merchandise dan konten YouTube.
- Arema FC membentuk departemen pengembangan usia muda yang terstruktur.
Namun, tantangan besar tetap ada:
- Masih ada klub yang telat membayar gaji pemain.
- Dualisme kepemilikan dan konflik internal masih kerap muncul.
- Kurangnya jaminan hukum bagi kontrak pemain dan pelatih.
Bandingkan dengan klub-klub Thai League seperti BG Pathum United atau Buriram United yang dikelola layaknya perusahaan profesional dengan sistem scouting dan akademi kuat.
Eksposur Media dan Komersial
Dari sisi siaran dan pemasaran, Liga 1 punya potensi besar. Tayangan langsung Liga 1 mencapai jutaan penonton per pekan di TV nasional dan streaming. Platform seperti Vidio dan YouTube klub-klub Liga 1 terus meningkat jumlah subscriber-nya.
SekutuBola mencatat:
- Liga 1 memiliki engagement media sosial tertinggi di Asia Tenggara.
- Penjualan jersey tim-tim besar seperti Persija dan Persib melebihi klub-klub Malaysia dan Vietnam.
Namun, tantangan besar tetap ada dalam hal:
- Hak siar yang belum sepenuhnya dimonetisasi maksimal.
- Kurangnya branding liga secara konsisten di luar negeri.
- Belum adanya sistem liga fantasy atau aplikasi interaktif layaknya Liga Premier.
Thai League bahkan telah menjalin kerja sama dengan platform media Korea dan Jepang, menjadikan tayangan mereka ditonton hingga Asia Timur.
Performa Klub di Kompetisi Asia
Salah satu ukuran objektif kekuatan liga adalah performa di level AFC. Sayangnya, prestasi klub Indonesia di AFC Cup dan AFC Champions League masih terbatas. Bali United, PSM Makassar, dan Persija Jakarta sempat tampil, namun jarang bisa menembus fase gugur secara konsisten.
SekutuBola mencatat bahwa klub Thailand seperti BG Pathum dan Buriram rutin lolos grup AFC Champions League. Hal ini menunjukkan adanya kesenjangan dalam kualitas dan pengalaman bertanding di level tertinggi Asia.
Solusinya adalah:
- Meningkatkan kuota pemain asing berkualitas yang bermain aktif.
- Meningkatkan jam tanding klub Indonesia di turnamen regional dan uji coba pramusim.
- Memperbaiki kalender kompetisi agar tidak bentrok dengan agenda AFC.
Peran Suporter: Aset Tak Tertandingi
Jika ada satu aspek di mana Liga 1 jauh unggul dibanding liga tetangga, itu adalah basis suporter. Atmosfer pertandingan di Indonesia sangat hidup, penuh koreografi, chant, dan loyalitas.
Data SekutuBola menunjukkan bahwa:
- Persija dan Arema memiliki rata-rata penonton kandang di atas 25.000.
- Laga panas seperti Persib vs Persija ditonton jutaan pemirsa TV.
- Ultras Indonesia masuk jajaran pendukung paling aktif di Asia.
Namun, sisi negatif juga ada: rivalitas ekstrem kadang berujung pada kekerasan. Tragedi Kanjuruhan menjadi pengingat bahwa profesionalisme dan keamanan stadion harus ditingkatkan agar animo besar tidak berubah menjadi petaka.
Kebijakan dan Dukungan Pemerintah
Peran pemerintah, PSSI, dan PT LIB sangat krusial. Dalam beberapa tahun terakhir, ada sinyal positif:
- Pemerintah membentuk task force transformasi sepak bola pasca-tragedi Kanjuruhan.
- PSSI memperketat lisensi klub dan audit keuangan.
- Infrastruktur diperbaiki dan sistem VAR mulai diuji coba.
Namun, konsistensi menjadi kunci. Banyak kebijakan bagus yang terhenti di tengah jalan atau berubah seiring pergantian pejabat.
SekutuBola merekomendasikan agar ada grand design jangka panjang untuk Liga 1, dengan target jelas: menjadi liga terbaik Asia Tenggara dalam 5 tahun ke depan dan masuk top 10 Asia dalam 10 tahun.
Bandingkan dengan Liga Tetangga
Berikut perbandingan objektif yang disusun SekutuBola:
Aspek | Liga 1 Indonesia | Thai League 1 | Liga Super Malaysia |
---|---|---|---|
Kualitas Taktik | Sedang meningkat | Lebih stabil | Cenderung menurun |
Infrastruktur | Belum merata | Baik dan rapi | Sedang |
Performa di AFC | Lemah | Kuat | Fluktuatif |
Suporter & Atmosfer | Sangat kuat | Baik | Cukup |
Komersial & Media | Tinggi tapi rawan | Terstruktur | Menurun |
Kesimpulan: Menuju Liga Terbaik, Tapi Butuh Konsistensi
SekutuBola menyimpulkan bahwa Liga 1 punya modal kuat untuk jadi liga terbaik Asia Tenggara:
- Suporter yang militan dan besar.
- Minat publik dan media yang tinggi.
- Potensi komersial yang besar.
Namun, masih ada PR besar: profesionalisme manajemen, konsistensi regulasi, performa internasional, dan infrastruktur merata. Tanpa hal ini, Liga 1 hanya akan jadi “liga paling ramai” tapi bukan yang terbaik.
Dengan kerja sama semua pihak—klub, federasi, pemerintah, suporter, dan media—cita-cita ini bukan mustahil.
Ikuti terus sorotan dan perkembangan Liga 1 hanya di SekutuBola – rumahnya sepak bola Indonesia yang jujur, kritis, dan inspiratif.